Oleh: Ust. Hanung Hisbullah Hamda, SH., M.Pd.I *)
Agama Islam mengajarkan kepada kita bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menjadi ummat yang memiliki pemahaman keilmuan yang tinggi baik ilmu yang menunjang peribadatan maupun ilmu yang terkait dengan pengetahuan dan teknologi. Sebab semua peribadatan yang dilakukan seorang muslim haruslah disandarkan pada ilmu yang benar dan yang tidak disandari dengan ilmu harus ditolak. Adapun untuk menundukkan dunia, umat Islam dituntut untuk lebih maju dalam penguasaan teknologi. Tanpa penguasaan teknologi kita hanya akan menjadi obyek selamanya. Karena itulah Islam mengajarkan ummatnya untuk senantiasa belajar dan belajar guna mencetak generasi muslim yang berilmu tinggi dan berakhlak mulia. Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.” [HR. Ahmad]
Ilmu adalah kunci diterimanya ibadah karena tanpa ilmu sia-sialah segala bentuk ibadah. Ibadah tanpa disertai dengan ilmu boleh jadi justru akan menimbulkan bid’ah, kesesatan, atau laknat Allah SWT. Naik dan turunnya ibadah seseorang tidaklah lepas dari kualitas dan kuantitas ilmu yang dimiliki oleh seseorang. Ilmu adalah media yang akan menghantarkan seorang hamba untuk mengenal Rabb-nya. Tanpa adanya ilmu, maka tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang akan mengenal dan beriman kepada Allah SWT. Allah ta’ala berfirman:
“Allah mempersaksikan bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, begitu juga para malaikat mempersaksikan yang demikian itu, begitu pula ahli ilmu, demi menegakkan keadilan, tidak ada sesembahan yang hak selain Dia Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” [QS. Ali Imran [3]: 18]
Jelaslah menurut ayat ini bahwa yang mampu bersaksi dan mengenal Allah hanyalah para malaikat dan para ahli ilmu. Yang dimaksud dengan ahli ilmu ialah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah, orang-orang yang memahami agama dan mempunyai rasa takut kepada-Nya sebagaimana tercantum dalam firman Allah ‘azza wa jalla yang artinya, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” [QS. Faathir [35] : 28].
Ilmu pengetahuan adalah jalan keluar agar manusia mampu hidup beradab dan jauh dari sifat-sifat kebinatangan yang buas dan saling memangsa. Dengan ilmu pengetahuan pula lah manusia mampu menciptakan berbagai sarana dan prasarana yang memudahkan keberlangsungan hidup umat manusia. Kemudian dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya manusia mampu meningkatkan kualitas hidup dan kualitas keimanan mereka tehadap Allah SWT. Begitu besarnya peranan ilmu bagi manusia dan kehidupan, sehingga Rasulullah Muhammad saw pun tidak lupa untuk menyampaikannya. Rasulullah Muhammad saw bersabda:
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu maka Allah mudahkan jalannya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan membuka sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan di atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak juga dirham, Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yangmengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.” [HR. Ahmad, At Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban]
Subhanallah, betapa tinggi nilai-nilai dan keutamaan ilmu dan demikian penting pula peranandan kedudukan ilmu dalam agama Islam sehingga Rasulullah Muhammad SAW mengatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya adalah wajib bagi umat muslim dan muslimah, terutama ilmu agama dan umumnya ilmu-ilmu pengetahuan pendukung lainnya seperti ilmu matematika, ilmu tehnologi, ilmu berdagang, ilmu bercocok tanam, dan sebagainya. Sayangnya, tidak setiap orang mau menyadari hal tersebut. Tidak setiap orang mau mencari, mempelajari, dan mendalami ilmu pengetahun. Lebih sayang lagi, tidak semua orang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang barokah dan menjaganya. Bahkan, boleh jadi seseorang yang selama ini dianggap berjuang mencari, mempelajari, mendalami, dan mengamalkan ilmu pengetahuan, ternyata hanya mendapatkan murka dari Allah SWT. Hal seperti itu disebabkan karena aktivitas menuntut ilmu yang ia jalani tidak berada pada jalur yang benar.
Kenapa Allah SWT justru melaknat orang-orang yang tengah berusaha untuk mencari, memperoleh, dan mempelajari ilmu pengetahuan? Jawabanya sederhana, karena adanya unsur-unsur berbau maksiat yang terdapat di dalam perjuangan untuk mencari, mempelajari, mendalami, dan mengamalkan ilmu tersebut. Kemaksiatan-kemaksiatan itulah yang menyebabkan ilmu tidak barokah. Saudaraku, berikut ini akan disampaikan hal-hal yang patut kita waspadai karena bisa menyebabkan tidak berbarokahnya ilmu seseorang. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut:
- Niatnya salah.
Sayang sekali, di dunia ini banyak orang mati-matian menuntut ilmu dengan masuk ke sekolah-sekolah favorit dengan niat yang salah. Bila sejak awal kita menuntut ilmu dengan niat bukan karena ibadah suci untuk memperbaiki kualitas diri, maka yang kita dapatkan hanyalah sia-sia belaka. Misalnya kita sekolah dengan tujuan biar dapat pekerjaan, maka akhirnya hanya pekerjaan sajalah yang di dapat dan pahala dari Allah tidak akan mengalir padanya. Adanya niat yang menyimpang ketika mencari dan mempelajari ilmu merupakan salah satu unsur pertama yang dapat menghambat atau menghalangi masuknya ilmu ke dalam hati sehingga seolah-olah ilmunya hanya masuk ke dalam otak saja. Niat yang menyimpang tersebut dapat berupa keinginan atau cita-cita terselubung yang mengiringi aktivitas mempelajari dan mengamalkan ilmu, seperti harapan akan menjadi seorang ustadz yang terkenal, ingin menjadi orang yang berkuasa, ingin memperoleh jabatan yang tinggi, ingin disanjung dan dipuja, dan sebagainya. Karena itu waspadalah saudaraku, sebab Rasulullah Muhammad saw bersabda:
“Sesungguhnya semua amal itu tergantung niatnya, dan seseorang mendapat balasan sesuai dengan yang diniatkannya.” [HR. Bukhori dan Muslim]
Berdasar hadits di atas maka ketika seseorang hendak menuntut ilmu, maka berniatlah untuk menuntut ilmu hanya karena Allah SWT, bukan karena mengejar kepentingan duniawi dan lain-lain. Dengan demikian, Insya Allah kita dapat memperoleh ilmu yang kita kehendaki dan barokah dari Allah SWT. Dengan ilmu yang barokah, Insya Allah kehidupan kita akan senantiasa dipenuhi dengan kemaslahatan.
- Membenci guru
Saudaraku, sering sekali kita jumpai ada siswa yang tidak menyukai gurunya mungkin karena terkenal killer, pelajarannya susah, cara penyampaiaanya kurang menarik, atau karena hal-hal yang lebih sepele lainnya. Kondisi seperti ini harus dirubah karena bisa mempengaruhi keseriusan seseorang dalam belajar. Kesempurnaan ilmu hanya bisa didapat dengan keikhlasan kita untuk belajar bersungguh-sungguh. Dan kesungguhan di dalam belajar nampak dalam sikap seseorang ketika menghadapi gurunya. Jika di dalam hati sudah tertanam perasaan benci dan dengki terhadap guru maka rasa kebencian itu akan menutupi mata, hati, dan telinga seorang murid dari kebenaran ilmu, sehingga segala perkataan guru pun hanya dianggap sebagai angin lalu.
- Membenci ilmu
Kita sering mendengar pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’. Kalau boleh dibalik pepatah ini menjadi ‘kalau tak sayang maka tak akan kenal’. Dalam hal mencari ilmu, seseorang yang tidak memahami ilmu bisa jadi dikarenakan dirinya tidak menyukai dengan apa yang dipelajari. Orang yang tidak menyukai suatu bidang ilmu pasti akan malas untuk mendalaminya. Tarohlah ada anak yang tidak suka pelajaran matematika maka ia secara naluriah tidak begitu peduli dengan ilmu matematika, ia tak mau berlatih dan tak mau membaca materinya lebih dalam.
- Tidak jujur dalam mencari ilmu
Ada banyak jalan untuk melakukan kecurangan dalam hal peroses pencarian ilmu. Diantara contohnya yaitu ketika hendak mendaftar ke sekolah favorit lewat jalan pintas dengan cara menyogok. Atau ketika mengikuti ujian dilakukan dengan cara mencontek. Ingatlah wahai saudaraku, sesuatu yang berasal dari yang haram tidak akan pernah membawa manfaat bagi hidup. Tidak ada yang datang dari yang haram kecuali panasnya bara api neraka. Na’udzubillahi min dzalik.
- Tidak menyadari manfaat ilmu
Apabila seseorang kurang menyadari betapa pentingnya sesuatu itu bagi dirinya, maka ia pun tidak akan serius dan sepenuh hati mencarinya. Begitu juga orang yang tidak memahami pentingnya sebuah ilmu, iapun tidak sepenuh hati dalam mencari ilmu sehingga ilmu yang didapatnya pun tidak sempurna alias setengah-setengah. Akhirnya karena tidak sempurna maka tidak akan memberikan kemaafaatan secara maksimal bagi diri pribadi, masyarakat, maupun bagi ummat. Jika hal itu terjadi artinya si empunya ilmu belum mendapatkan keberkahan dari ilmu yang ia miliki.
- Tidak memiliki kesungguhan dan kesabaran
Menuntut ilmu dibutuhkan kesungguhan dan kesabaran terhadap berbagai ujian. Ujian utama dari belajar adalah kemalasan. Karena itu hendaknya para pencari ilmu senantiasa mendekatkan diri pada Allah dan selalu berdoa agar dijauhkan dari kebodohan dan sifat malas.
- Tidak mau menyebarkan ilmu yang dimiliki.
Tidaklah seyogyanya bagi orang yang sudah diberikan anugerah berupa ilmu oleh Allah kemudian dia sembunyikan ilmunya. Dikatakan menyembunyikan ilmu adalah ketika seseorang tidak mau menyebarkan ilmu yang dimilikinya bagi kemanfaatan umat manusia. Menyebarkan ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang orang yang berilmu. Pelaksanaannya bisa dengan cara mengajar langsung sebagai guru, atau dengan memberikan nasihat dan peringatan jika ia pandang perlu, atau sekedar saling mengingat-ingat isi pelajaran bersama sahabat dan saudara-saudaranya pada saat belajar bersama. Menyebarkan ilmu sebenarnya juga bisa dilakukan dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga orang bisa melihat, mengamati dan turut mengamalkannya. Bukankah rasulullah pernah bersabda bahwa ilmu yang tidak diamalkan layaknya sebuah pohon yang tidak berbuah??
Saudaraku, pada kenyataannya kita banyak menemukan ilmuwan-ilmuwan muslim yang bertitel tinggi namun budi pekertinya rendah. Mereka menjadi budak-budak ilmu dan budak nafsunya sendiri sehingga kepintaran dan kecerdasannya tidak bermanfaat bagi masyarakat justru banyak bertingkah polah yang merugikan ummat. Sangat mungkinkah mereka inilah golongan orang-orang yang ilmunya tidak bermafaat dan tidak berbarokah.
Saudaraku, sesungguhnya ilmu seseorang berbarokah atau tidak dapat kita tilik tanda-tandanya. Kata kuncinya terletak pada nilai manfaatnya. Jika seseorang dengan ilmunya bisa memberikan manfaat bagi umat maka ilmu orang tersebut berbarokah. Adapun jika dengan ketinggian ilmu yang dimiliki seseorang tidak memberi sumbangsih manfaat bagi masyarakat maka sudah pasti ilmu yang ia miliki tidak berbarokah.
طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepadaMu ilmu yang manfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.”[HR. Ibnu Majah]
*) Pimpinan Pondok Pesantren Al Hikmah Karangmojo Bidang Kurikulum dan Pengajaran