Birrul walidain tidak mengenal batas waktu. Selama hayat masih dikandung badan, maka berbakti kepada orang-tua merupakan suatu keharusan untuk kita kerjakan. Sebagai anak, berbakti kepada orang tua merupakan sebuah kewajiban.
Maka ada dua syarat kewajiban anak dalam memberi nafkah kepada kedua orang-tuanya:
Pertama, bila kedua orang tuanya termasuk kategori fakir miskin.
Kedua, jika anak memiliki kelapangan rezeki dan berkemampuan dalam memberikan nafkah tersebut.
Jadi, ketika seorang anak memiliki kemampuan finansial yang memadai dan orang tuanya termasuk kategori fakir miskin, dia wajib memberikan nafkah kepada kedua orang-tuanya. Nafkah yang diberikan kepada orang tuanya adalah sebuah kewajiban.
Jangan berkata kasar! Hendaklah berkata dengan sopan kepada orang tua. Menurunkan intonasi suara dan menundukkan wajah apabila berbincang kepada orang tua.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Isra ayat 23)
Dalam surah Al-Isra’ telah di jelaskan bahwa, jangan sekali-kali kita berkata ‘ah’ dalam artian mengelak atau tidak terika atas perlakuan orang-tua.
Tidak menyakiti perasaannya. Sebagai anak, kita harus banyak berterimakasih kepada orang-tua kita, yang telah membesarkan kita, memberi kita pendidikan dan memnuhi semua kebutuhan kita sedari kecil. maka jangan sekali-kali kita sebagai anak menggoreskan luka kepada mereka. Hendaknya menghindari perilaku-perilaku yang dapat menimbulkan kesalahan dan menyakiti perasaan orang tua. Pada dasarnya, perasaan orang-tua itu sangat sensitif. Karena merekalah yang telah merawat dan mengandung kita, karena besarnya kasih sayang mereka lah yang menimbulkan perasaan sensitif terhadap kita.
Mereka akan merasakan sakit, saat kita terkena musibah. Dan merekalah yang merasakan bahagia saat kita mencapai sesuatu yang kita inginkan.
Maka dari itu, berbakti kepada orang-tua tidak akan ada batasnya, selama kita masih hidup di dunia. Meski orang-tua telah mendahului kita untuk bertemu Sang Pencipta, kita tetaplah harus melakukan bakti kepada mereka.
Adapula kewajiban tetap berbakti pedapa orang tua yang telah meninggal dunia.
Berbakti kepada orang tua tidaklah saat mereka masih hidup, meski orang tua telah tiada, sebagai anak akan tetap memiliki kewajiban untuk berbakti kepad merekaa. Bagaimakah cara berbakti kepada orang-tua yang telah tiada?
Jadilah salah satu yang mensholati jenazah orang-tua. Sebagai anak, hendaknya menshoalti jenazah orang tua saat mereka meninggal, sebagai rasa bakti kita terhadap mereka. Dan juga berbakti kepada orang-tua yang telah tiada dapat melalu doa, mendoakan orang-tua agar diterangkan liang kuburnya. Berdoa untuk orang tua agar diampuni semua dosanya. Selain berdoa kepada orang-tua, dapat juga berbakti melalui silaturahim. Menjaga tali silaturahim orang tua kepada sanak saudaranya dan kerabat-kerabatnya dan berbuat baik kepada teman-temannya.
“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.” (HR. Muslim)
Lalu bersedekah untuk orang tua yang telah meninggal. Dengan bersedekah untuk orang-tua, maka pahalanya kan sampai kemereka. Dan melakukan kebaikan, maka pahala kebaikan tersebut akan sampai kepada orang-tua kita yang terlah meninggal tanpa mengurangi pahala dari kebaikan kita.
“Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari)
Okt 4, 2018
09:51