JIKA menengok sejarah, peradaban Islam ternyata dibangun dan dihiasi oleh orang-orang yang memiliki semangat juang yang tak pernah padam.
Para sahabat, tabi’in dan salafus shaleh adalah manusia-manusia terbaik yang berhasil membawa Islam pada puncaknya.
Mempertaruhkan nyawa, dijejali hinaan dan cemoohan, serta dimusuhi banyak orang adalah sebagian bumbu dalam perjuangan.
Pun demikian para ulama terdahulu sebagai pewaris Nabi. Dakwah mereka dalam menegakkan Islam tak mungkin berbilang mulus.
Menulis kitab dengan segala keterbatasan saat itu bukanlah hal yang mudah. Belum lagi hasil kajian dan ijtihad fatwanya kadang ditolak mentah oleh pemimpin zalim yang berkuasa.
Namun perjalanan sejarah menuai bukti, bahwa di balik kesulitan akan teebit fajar kegemilangan dan keberhasilan hidup.
Kini bisa dikata setiap Muslim menikmati ilmu yang tersebar dalam kitab-kitab karangan para ulama.
Seolah ada pesan khusus yang tersirat dari perjalanan hidup orang-orang shaleh terdahulu. Yaitu keberhasilan bukanlah capaian instan.
Keberhasilan hanya dapat diraih oleh orang yang memiliki azzam yang kuat dan berani dalam menghadapi kesulitan.
Banyak manusia mengidamkan kesuksesan hidup. Tapi tak semua tahu cara meniti tangga yang dimimpikan tersebut.
Tokoh pendidikan, Prof. Hasan Langgulung dalam karyanya “Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan“, menyebutkan, ada empat faktor yang dapat menjamin keberhasilan.
Menurut Hasan, inilah masa yang ditunggu umat Islam, dimana mereka harus menyingsingkan lengan baju, menjadi saksi bagi seluruh umat manusia bahwa sokusi itu dengan kembali kepada ajaran Islam.
Empat faktor tersebut terangkum dalam surah Al-‘Ashr ayat 1-3.
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS: Al-‘Ashr ayat 1-3)
Pertama: Iman
Yaitu keimanan yang kuat terhadap apa yang datang dari Allah. Ia percaya bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Untuk itu, setiap orang harus memiliki bekal yang cukup dalam meraih keberhasilan dunia akhirat.
Dengan iman yang menancap, orang itu bisa dengan mudah melewati kesulitan. Dengan keyakinan yang tinggi, ia percaya bahwa Allah selalu memberi solusi dalam setiap permasalahan.
Dengan iman pula, ia memahami hal-hal yang dilarang dalam agama. Disebutkan, tak sedikit yang mendatangi dukun atau paranormal, meminta petunjuk cara yang praktis menjadi orang yang sukses.
Hal itu tentu dihindari jika ia memiliki keimanan yang kuat. Sebab ia hanya meminta kepada Allah dan mengikuti petunjuk-Nya dalam meraih kesuksesan.
Kedua: Amal Shaleh
Muhammad Abduh menyebutkan, amal shaleh adalah amalan yang disebutkan dalam al-Qur’an secara rinci, meliputi apa saja yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta tidak menimbulkan mudharat bagi siapapun.
Amal shaleh adalah setiap kebaikan yang diawali dengan niat hanya mengharap ridha Allah. Seorang non Muslim yang melakukan kebaikan, tidak bisa disebut beramal shaleh dan berbuat baik.
Sebab amal itu disebut shaleh jika dikerjakan oleh seorang Muslim karena panggilan keimanannya, bukan yang lain.
Iman tanpa ilmu adalah angan-angan kosong sedang ilmu tanpa iman tidak lain menjadi kesia-kesiaan belaka.
Ketiga: Menasihati dalam kebenaran
Syarat meraih keberhasilan dan terhindar dari kerugian adalah mengetahui dan meyakini hakikat kebenaran dan mengajak kepada keyakinan yang dimaksud.
Mengetahui kebenaran tapi tidak mengajak kepadanya disebutkan sebagai golongan yang merugi.
Kekurangan yang melekat menjadikan setiap manusia berhajat untuk saling memberi nasihat dan mengingatkan kesalahan.
Orang yang memberi nasihat bukanlah karena ia seorang yang paling sempurna. Namun sebagai tanggung jawab yang dapat menyempurnakan keimanannya.
Orang yang memberi nasihat dalam kebaikan adalah wujud peduli terhadap saudaranya.
Keresahan segera menderanya jika mendapati saudaranya melakukan perbuatan yang dilarang Allah.
Dan keresahan itu tak hilang sebelum ia mengingatkan dan menasihati pada kebenaran.
Hasan Langgulung mengatakan, aplikasi dari perintah tersebut dalam konteks saat ini adalah sains atau fakta yang benar.
Seorang guru harus menyampaikan sains atau ilmu yang benar menurut konsep Islam dan mengesampingkan ilmu konsep Barat yang dapat meracuni pikiran murid-muridnya.
Demikianlah sikap Muslim yang baik. Ia menginginkan kesuksesan dan kebaikan pada orang lain.
Keempat: Saling menasihati dalam kesabaran
Syarat selanjutnya dalam meraih keberhasilan adalah bersikap sabar -dalam ketaatan dan menghadapi ujian-, serta menasihati orang lain untuk juga bersabar.
Muhammad Abduh berkata, orang itu tak bisa menasihati saudaranya dalam kesabaran, sebelum dirinya menghias dirinya dengan sifat sabar.
Diketahui, dalam mencapai keberhasilan, tentu setiap orang menghadapi kesulitan, halangan dan ujian.
Tak jarang, seorang pengusaha bisnis harus mengalami bangkrut sebelum ia menjadi pengusaha sukses.
Seorang ilmuwan harus berkali-kali melakukan percobaan hingga teori dan penemuannya diakui dan diterapkan oleh banyak orang.
Seorang sopir boleh jadi pernah menabrak pohon dalam mengendarai mobil sebelum menjadi sopir yang handal.
Halangan dan rintangan itulah yang harus dihadapi dengan kesabaran dan lapang dada.
Kemelut dan persoalan yang muncul tidak hanya ditanggapi dengan mengeluh. Karena Allah tidak mau memberikan pertolongan pada orang yang mengeluh.
Sabar adalah kemampuan untuk bertahan dalam keadaan sulit sekaligus pengendalian diri saat lapang.
Sabar adalah akhlak terpuji yang harus ditanamkan dalam aspek kehidupan, meski realitasnya tidak semua orang mampu bersabar dengan baik
Jadikankan sifat sabar sebagai sebuah habit (kebiasaan), maka hal itu akan mempermudah kita untuk mencapai keberhasilan.
Kesabaran adalah hiasan berharga pada diri seorang muslim. Jika ingin mendapat pahala maka bersabarlah dan istiqamah menjalani aturan dan syari’at Allah.
Kesabaran merupakan indikator dalam meraih keberhasilan dunia dan akhirat.
Allah berfirman
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“….Sesungguhnya hanya orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala mereka tanpa batas.” (QS: Az-Zumar: 10).
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah….”
Dengan empat senjata tersebut, apabila digunakan dengan baik, maka seorang beriman mudah meraih keberhasilan dan mengatasi berbagai kemelut serta permasalahan.
Terkait itu, Imam Syafi’i mengatakan: Seandainya manusia merenungi surah (Al-Ashr) ini dengan baik, niscaya kandungannya sudah mencukupi apa yang ia perlukan.
Okt 16, 2018
08:40