ULAMA, USTADZ, DAN IMAM DALAM MASYARAKAT

Para ulama adalah ahli waris Nabi saw dalam sikap, kata, dan perbuatan yang patut diteladani.

Ciri utama seorang ulama ialah tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah swt. Ia tidak takut kepada RI 1, Menteri, Kapolri, KPK, Jaksa, Ahokers, misalnya, dll.

Kalau ada ulama yg membela penista agama atau mendukung pemimpin yang berlaku tidak adil kepada rakyatnya berarti ia tidak takut kepada Allah swt. Siapa pun yang tidak takut kepada Allah swt jangan sebut dia ulama.

Definisi ulama, ustadz, imam dsb adakah perbedaannya?

Istilah ulama dan imam ada dlm al-Quran. Kata ulama bentuk plural dari singular ‘alim: orang yg pandai, berilmu.

Sesungguhnya orang yang benar-benar takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama – mereka yg berpengetahuan luas dan dalam (QS 35:28).

Penggunaan kata ulama dlm al-Quran bukan hanya untuk orang alim yg beragama Islam, tapi juga untuk ulama Bani Israil. “Apakah kaum Yahudi dan Nasrani tdk mendptkan bukti kebenaran kerasulan Muhammad sebagaimana yg telah dikenal oleh para ulama Bani Israil? Sekiranya al-Quran ini Kami turunkan kpd seseorang yang bukan Arab, lalu al-Quran dibacakan kpd mereka, niscaya mereka tdk juga akan mempercayainya (QS 26:197-199).

Kata ustadz semakna dengan mu’allim, mudarris, mu’arrif, muhadzdzib yang artinya guru. Di lembaga pendidikan formal ustadz adalah profesor, guru besar di perguruan tinggi.

Di sini ustadz digunakan untuk menyebut guru agama dan/atau guru ngaji di majelis taklim dan di pesantren.

Siapa saja yg biasa mengajar ngaji di masyarakat akan digelari ustadz. Sedangkan di pesantren setiap guru akan disebut ustadz, apa pun mata pelajaran yg diampunya.

Istilah imam disebut beberapa kali dlm al-Quran. Arti dasarnya ialah yang terkemuka, orang yg berada di depan, pemuka, tokoh, pemimpin, teladan.

Imam dpt berarti pemimpin agama, pemimpin jama’ah shalat; pola, tolok ukur, contoh; kitab petunjuk dan ajaran; kitab bukti atau catatan.

Ayat ttg imam yg sangat pupuler (ditulis artinya): Ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dg perintah2 tertentu lalu ia menunaikannya, Dia berfirman, “Akan Kujadikan engkau seorang imam umat manusia”. Ibrahim bermohon, “Juga imam2 dari keturunanku.” Dia berfirman, “Janji-Ku tak berlaku bagi orang yg zalim.” (QS 2:124).

Mereka yg berdoa, “Tuhan, jadikanlah pasangan2 hidup kami dan anak keturunan kami cendera mata bagi kami, dan jadikanlah kami imam – teladan bagi orang yg bertakwa.” (QS 25:74).

Hingga saat ini tidak ada lembaga sertifikasi/verifikasi ulama, ustadz, dan imam di masyarakat kita.

“Kebatilan tidak menjadi kebenaran karena perjalanan waktu.”

Muhammad Chirzin
Ponpes Al-Hikmah Sumberjo Karangmojo Gunungkidul DIY

Comments

comments