Anak-anak kami…..
adalah bagian dari jiwa kami.
Melepas mereka, tak ubahnya seperti mencabut hati kami sendiri.
Andai bisa, tentu kami ingin mereka selalu dalam jangkauan mata.
Namun kami sadari, tangan kami saja tak cukup kuat membimbing mereka
Kami mencintai mereka…
Tapi cinta kami seringkali buta .. tak sanggup melihat aib dan kurang mereka.
Kami menyayangi mereka ……
Tapi kasih sayang kami terkadang tak cukup menyelamatkn mereka dari api neraka.
Menyadari ketidak-berdayaan kami, dengan sepenuh kesadaran kami lepaskan anak-anak kami jauh dari rumah tempat mereka dibesarkan.
Ada sesak yang kami tahan di dada.
Ada air mata yang diam-diam kami tumpahkan melepas kepergian mereka
Hanya harapan yg sanggup membuat kami berpura-pura tersenyum.
Harapan kiranya perpisahan ini menjadi jalan yg akan mengantar mereka menuju ketakwaan.
Anak-anak kami ..
Datang ke pondok ini dengan segenap kekurangan mereka.
Maafkan jika mereka kurang santun berperilaku.
Kurang sopan bertutur kata.
Kurang sungguh2 dalam belajar…Kurang taat pada peraturan, dan sederet kekurangan lainnya.
Anak-anak kami ..
Bukan sepotong kain yang kami kirim untuk dijahit menjadi baju dalam hitungan hari.
Bukan adonan tepung yang hanya butuh beberapa jam untuk mengolahnya menjadi roti.
Tapi jiwa-jiwa yang punya ego dan perasaan, yang perlu proses panjang untuk membentuk akhlak dan kepribadian mereka.
Mungkin sesekali mereka akan membangkang, dan dengan keterbatasan ilmunya justru menjerumuskan diri ke dalam dosa.
Saat itulah, kami harapkan teguran penuh kelembutan dari ustadz dan ustadzah untuk anak-anak kami.
Atau peringatan tegas, bahkan sedikit “kekerasan” dalam batas syar’i sebagai pendidikan.
Betapa pun kami menyayangi anak-anak kami .
Betapa pun kami ingin mereka hidup nyaman tanpa beban ..
Kami masih tega melihat mrk menanggung “kesusahan” hidup sebagai santri.
Demi mendidik mereka menjadi pribadi bertakwa, kami rela mereka menanggung beban dunia.
Tapi kami tak sanggup melihat anak-anak kami terjerumus dalam dosa, dan tersiksa dalam panas neraka.
Karenanya.. dengan segala kerendahan kami harapkan bantuan ustadz dan ustdzah dalam membimbing mereka.
Anak-anak kami….
Pergi jauh meninggalkan orangtua dan sanak saudara.
Kami harap, di pondok mereka menemukan gantinya.
Rengkuh mereka sebagai anak .. atau adik yang layak disayangi setulus hati.
Jangan pandang mereka dengan ketidak-sempurnaan mereka saat ini. Tapi lihatlah mereka belasan atau puluhan tahun mendatang.
Anak-anak kami .. dengan segala kekurangannya adalah aset muslimin .. calon penerus perjuangan masa depan.
Kami tak mengharap kesempurnaan ustadz dan ustadzah dalam memahami anak-anak kami, sebab kami sendiri, yang mengenal mereka sejak masih dalam kandungan pun, seringkali gagal mengenali karakter mereka.
Hanya kesabaran dan kesungguhan dalam usaha, yang kami yakin tak semudah membalik telapak tangan.
Meski sebenarnya kami merasa malu, sebab kami tak dapat menawarkan apapun sebagai imbalan.Hanya secuil doa, kiranya setiap tetes keringat akan meluruhkan dosa-dosa.
Kiranya setiap jengkal langkah dan jerih payah meninggikan derajat antum di taman-taman surga.Dan kiranya setiap sesak yang menghimpit karena ulah anak-anak kami melapangkan jalan antum menuju ridha-Nya.
Kami, dengan sepenuh usaha akan belajar ikhlas melepas anak-anak kami.
Akan kami iringi kesabaran ustadz dan ustadzah dengan ketabahan.
Akan kami imbangi kegigihan antum dengan doa dalam sujud-sujud panjang.
Akan kami teladani keikhlasan dan kesungguhan antum, sebab kami sadar, kami lah yang pertama bertanggung-jawab terhadap pendidikan anak-anak kami.
Bi idznillah .. Insyaallah.